WISATA ALAM
KE RAMBUT MONTE
Wisata
Rambut Monte merupakan wisata alam yang terdapat sebuah telaga, candi,
petilasan atau tempat untuk bermeditasi dan di latar belakangi dengan
pemandangan yang hijau dari perkebunan teh dan sawah warga setempat, yang terhampar
sepanjang perjalanan menuju lokasi wisata ini.
Wisata Rambut
Monte terletak di desa Krisik, kecamatan Gandusari, kurang lebih 30 km dari
kota Blitar. Sebenarnya Rambut Monte ini adalah nama sebuah candi berbentuk
segi empat yang terbuat dari batu andesit berukuran sekurangnya 292 cm persegi.
Candi yang terdapat di lokasi Rambut
Monte ini merupakan tempat pemujaan bagi penganut agama Hindu pada jaman
Kerajaan Majapahit. Di bawah candi terdapat sebuah telaga yang dihuni oleh
ikan, yang oleh warga sekitar di sebut dengan Ikan Dewa.
Di pinggiran
telaga disediakan sebuah gazebo untuk beristirahat dan menikmati keindahan alam
di sekitar telaga. Keindahan lokasi Rambut Monte ini kian bertambah dengan
pantulan warna air dalam danau yang jernih kehijauan dan cenderung ke toska.
Pengunjung tidak diperbolehkan untuk berenang di area telaga yang berisi ikan
Dewa, tetapi terdapat kolam tersendiri untuk pengunjung berenang menikmati
hijaunya alam di Rambut Monte.
Wisata Cagar Budaya Rambut Monte. Rambut Monte sudah
dikelola oleh pemerintah setempat dan menjadi salah satu objek wisata
unggulan kabupaten Blitar. Pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk sebesar 5.000
rupiah saja. Sayang pamornya masih kalah dengan pesona kompleks makam Bung
Karno di Kota Blitar. Tempat ini hanya ramai dikunjungi warga saat liburan
akhir pekan, sedangkan saat perayaan keagamaan umat Hindu banyak
dikunjungi wisawatan asal Bali yang hendak bersembahyang di candi, jelas pak
Kasno selaku juru kunci Rambut Monte. Tak heran saat melihat lebih dekat candi
yang dimaksud, masih menyisakan bunga sesaji di bawah lingga, simbol
pemujaan Dewa Siwa.
Setelah
menuruni beberapa anak tangga yang landai, nampaklah sebuah danau yang tidak
terlalu besar dengan warna air biru toska
yang memikat mata. Penamaan Rambut Monte tidak diketahui asal usul pastinya.
Sepintas Rambut Monte nampak seperti kolam sumber mata air pada umumnya,. Saat
mata mengamati dengan seksama, terlihat puluhan ikan berwarna hitam
keabu-abuan berukuran sekitar tiga puluh sentimeter berenang pelan sana kemari.
Tak jarang beberapanya memperlihatkan siripnya ke permukaan seperti ikan hiu.
Penduduk sekitar menamainya ikan dewa, ada pula yang menyebutnya ikan
Senggiring.
Hingga kini
belum ada catatan sejarah resmi yang menjelaskan tentang Rambut Monte. Hanya
terdengar cerita dari mulut ke mulut penduduk setempat saja. Konon
ikan-ikan tersebut merupakan penjelmaan prajurit-prajurit kerajaan Majapahit
penjaga candi sehingga dikeramatkan.
Ada
legenda unik tentang Ikan Dewa yang
merupakan wujud kutukan dari seorang guru pada murid yang tidak menaati
perintah. Konon, pada jaman antah berantah (sebut saja jaman Majapahit, tapi
beliu tidak bisa menyebut Raja yang keberapa) Terjadi pertempuran sengit antara
Rahwana (tokoh jahat dalam pewayangan) yang dibantu seekor naga melawan Mbah
Monte. Dalam pertempuran tak seimbang satu lawan dua itu dimenangkan oleh Mbah
Monte yang konon masih trah dari kerajaan Majapahit.
Singkat cerita
Rahwana yang dilukiskan sebagai tokoh angkaramuraka dan naga tersebut bertekut
lutut, dan kemudian dia dikutuk menjadi Candi Monte yang berbentuk monyet dan
batu relief naga. Sedang untuk Ikan Dewa sendiri, (masih menurut Mbah Sarimin)
itu merupakan wujud dari seorang muridnya yang diminta untuk menjaga candi
tersebut tapi ngembelo tidak mematuhi perintah. Maka karena jengkel (kesal
hati), akhirnya murid tersebut di kutuk jadi Ikan Dewa yang sekarang ada di
Telaga Rambut Monte tersebut Sampai sekarang Ikan Dewa itu masih ada, dan konon
masih dalam jumlah yang sama.
“Percaya nggak percaya, jumlah ikan di sini tidak pernah
bertambah apalagi berkurang.” terang Pak Kasno. Penduduk sekitar
meneruskan amanat dari leluhurnya dan terus mempercayai bahwa ikan yang ada di
dalam danau tidak boleh ditangkap apalagi disantap. Tidak ada yang berani
melanggar peraturan tersebut. Hanya malapetaka yang akan datang jika ada yang
nekad membuang sesuatu apalagi menangkap ikan di danau.
Sumber:
Tidak ada komentar :
Posting Komentar