WISATA KULINER UCENG BLITAR
Uceng
(nama latin Nemachilus
fasciatus) merupakan spesies
ikan air tawar yang habitatnya tersebar dari China hingga Asia Tengara. Ikan
ini memiliki morfologi seperti ikan Lele tetapi ukurannya lebih kecil. Ikan
jenis ini biasanya hidup liar di sungai-sungai. Kehidupannya lebih sering
bersembunyi dan hanya keluar disaat-saat tertentu untuk mencari makan. Di
Blitar, ikan jenis ini banyak diolah menjadi kudapan lho. Penasaran? Berikut
penampakannya.
Kuliner
Uceng sudah dikenal secara luas sebagai kuliner khas Blitar. Lebih khususnya
merupakan kuliner khas Blitar timur, karena lebih banyak dijumpai di sekitar
Garum hingga Wlingi. Uceng selain biasa dimakan sebagai snack, biasanya juga
disajikan sebagi menupendamping makan besar. Uceng biasa disajikan bersama nasi
dan sayur lodeh. Untuk rasa tak perlu diragukan lagi, gurih dan krispinya
benar-benar khas.
Kuliner uceng disajikan dengan
cara digoreng kering dengan tepung ditambah sambal dan disajikan dengan nasi
panas beserta lalapan. Di warung sukaria ada beberapa pilihan menu uceng, ada
uceng sayur, uceng lalapan dan uceng mix lalapan. Kemarin saya coba pilihan
menu yang terakhir uceng mix lalapan. Ternyata maksudnya mix dalam menu
tersebut adanya tambahan ikan lain selain uceng, yakni wader dan udang air.
Untuk merasakan uceng yang gurih
bisa datang Warung Makan Sukaria atau ke Warung Barokah Pak Sabar. Lokasi
warung ini berada di Desa Babadan, Wlingi, Blitar. Kalau dari Pasar Wlingi,
ambil arah ke Utara menuju jalan ke Wisata Rambut Monte atau Bendungan
Selorejo. Warungnya ada di Sebelah kanan-kiri jalan.
Kami tiba di warung Pak Sabar
sekitar jam 11 siang, cuacanya agak mendung, warungnya cukup besar, mungkin
mampu menampung lebih dari 50 pengunjung. Ada cukup banyak menu yang ditawarkan,
ada sayur uceng, lele masak, kare ayam, ayam penyet, lele penyet, ayam
panggang, rawon dan nasi campur yang lauknya bisa kita pilih sendiri. Tapi,
dari sekian banyak menu yang ada, yang paling dicari yaitu olahan ucengnya
(uceng goreng).
Sebenanya kami berniat untuk
menikmati uceng goreng, tapi keberuntungan sedang tidak berpihak kepada kami.
Secara kebetulan, pada hari itu tidak ada uceng sama sekali di kali belakang,
pada hal biasanya setiap hari menu uceng goreng selalu tersedia, itulah keterangan
yang Saya terima. Namun kekecewaan kami terobati dengan menu olahan uceng.
Saking penasarannya dengan uceng, semua menu olahan uceng sampai kami pesan
semua, mulai dari sayur uceng, rempeyek uceng (meski ada ikan wader di dalamnya
yang lebih dominan) dan juga bothok uceng.
Mungkin Anda akan bertanya-tanya,
seperti apa uceng itu? Jawabannya sangat mudah, Anda pasti sudah tahu ikan lele
dengan jelaskan? Nah, uceng itu bentuknya mirip dengan lele, sama-sama memiliki
sungut, tapi ukurannya lebih kecil dan kepalanya lebih pipih dan sempit. Meski
belum bisa merasakan uceng goreng, tapi Saya sudah cukup puas menikmati uceng
yang dimasak kuah santan. Dagingnya memang cukup sedikit, tapi keset dan gurih,
bumbunya meresap ke dalam dan agak pedas. Sedangkan untuk bothoknya, uceng yang
digunakan berukuran jauh lebih kecil. Mungkin lebih kecil dari jari telunjuk,
meski kecil tapi rasanya gurih-gurih pedas dalam balutan kelapa halus.
Setelah selesai menikmati ucengnya,
jangan lupa untuk mencicipi juga tape ketan hijaunya yang manis sebagai penawar
rasa pedas. Makanan di pedesaan memang jauh berbeda dengan masakan kota, baik
dari segi rasa maupun harga. Kalau untuk rasa, benar-benar khas yang sulit
ditemukan di daerah perkotaan. Sedangkan untuk harga benar-benar miring, untuk
sayur ucengnya biasa dibandrol 5ribu rupiah untuk seporsi, tapi karena kami
minta sedikit, jadi cuma kena 3ribu saja. Untuk pepes 1.500 per bungkus, dan
yang membuat kami cukup tercengang dan keheranan harga tape ketan hijaunya,
cuma 5ratus rupiah saja. Kalau diperkotaan, uang 5ratus tidak ada artinya,
ongkos parkir saja minimal seribu rupiah.
Sebelum masuk ke dalam warung, tepat
di sebelah pintu masuk ada yang jual rujak cingur yang menggoda. Tak luput dari
pandangan kami, rujak cingur juga masuk ke dalam menu makan siang kami kali
ini. selain rasanya yang enak, harganya juga murah, hanya 5ribu rupiah untuk
satu porsi. Karena terlalu sibuk mencicipi berbagai menu yang ada, kami sampai
tidak sadar kalau ruangannya sudah dipenuhi pengunjung, di luar hujan juga
mengguyur. Setelah hujan cukup reda, akhirnya perjalanan kami lanjutkan
kembali.
·
Menu Andalan:Uceng Sayur
(Rp. 5.000), Bothok uceng (Rp. 1.500), Rempeyek Uceng (Rp. 5.000/ 3 buah),
Rujak Cingur (Rp. 5.000), Tape Ketan Hijau (Rp. 500)
·
Jam Buka:06.00 -
19.00
·
Alamat Lokasi:Jl. Semeru
No. 24, Babadan, Wlingi, Blitar Telp. 0342-693960, 0821.3178.7757
Sumber:
Tidak ada komentar :
Posting Komentar